• Jl. Stadion Maguwoharjo No.22, Sleman. DIY. 55584
  • (0274) 884 662
  • [email protected]
Logo Logo
  • Beranda
  • Profil
    • Overview
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Tugas & Fungsi
    • Pimpinan
    • Satuan Kerja
    • Sumber Daya Manusia
    • Logo Agrostandar
  • Informasi Publik
    • Portal PPID
    • Standar Layanan
      • Maklumat Layanan
      • Waktu dan Biaya Layanan
    • Prosedur Pelayanan
      • Prosedur Permohonan
      • Prosedur Pengajuan Keberatan dan Penyelesaian Sengketa
    • Regulasi
    • Agenda Kegiatan
    • Informasi Berkala
      • LHKPN
      • LHKASN
      • Rencana Strategis
      • DIPA
      • RKAKL/ POK
      • Laporan Kinerja
      • Capaian Kinerja
      • Laporan Keuangan
      • Laporan Realisasi Anggaran
      • Laporan Tahunan
      • Daftar Aset/BMN
    • Informasi Serta Merta
    • Informasi Setiap Saat
      • Daftar Informasi Publik
      • Standar Operasional Prosedur
      • Daftar Informasi Dikecualikan
      • Kerjasama
  • Publikasi
    • Buku
    • Pedum/ Juknis
    • Infografis
  • Reformasi Birokrasi
    • Manajemen Perubahan
    • Deregulasi Kebijakan
    • Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
    • Penataan dan Penguatan Organisasi
    • Penataan Tata Laksana
    • Penataan Sistem Manajemen SDM
    • Penguatan Akuntabilitas
    • Penguatan Pengawasan
  • Kontak

Berita BSIP Yogyakarta

Badan Standardisasi Instrumen Pertanian Yogyakarta

Thumb
765 dilihat       12 Desember 2024

MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS INDUK SAPI DENGAN TEKNOLOGI FLUSHING

ARTIKEL - Ari Widyastuti, 2024

        Salah satu tolok ukur keberhasilan dalam pembibitan sapi adalah jarak beranak. Jarak beranak (calving interval) adalah waktu yang diperlukan oleh seekor induk sapi sejak melahirkan sampai melahirkan berikutnya. Jarak kelahiran ideal adalah 14 bulan atau kurang. Artinya semakin panjang jarak beranak induk sapi semakin rendah akan menghambat perkembangan populasi ternak sapi. Panjangnya jarak beranak pada induk sapi di masyarakat petani umumnya disebabkan karena terjadinya kawin berulang dan rendahnya angka kebuntingan sapi betina/induk sapi. Hal ini disebabkan salah satunya karena masalah pakan. Oleh karena itu managemen pakan perlu menjadi perhatian untuk meningkatkan produktivitas induk sapi.


         Flushing merupakan teknologi pemberian pakan berkualitas pada ternak saat periode kritis. Periode kritis pada kegiatan pembibitan  sapi potong ada 3 periode, yaitu :  (1) Periode induk sapi bunting tua, (2) Periode induk sapi menyusui anak, dan (3) Periode sapi menjelang kawin. Teknologi flushing penting untuk dilakukan pada pembibitan tentak sapi, karena Teknologi  Flushing memiliki beberapa tujuan yaitu  : (1) meningkatkan kondisi tubuh ternak induk agar siap melaksanakan proses reproduksi, seperti : birahi, kawin, bunting, dan melahirkan, (2) memperlancar proses perkawinan, (3) memperpendek jarak kelahiran, (4) meningkatkan produksi susu induk, sehingga pedet yang dilahirkan tercukupi kebutuhan susunya. 


        Saat induk sapi berada pada periode kritis sebagaimana di atas,  peternak wajib lebih memperhatikan ternak sapi peliharaannya, terutama  masalah pakan dan pemberiannya, apalagi sebelumnya induk sapi kurang mendapatkan asupan pakan yang memadai. Prinsip teknologi flushing adalah pemberian pakan berkualitas pada saat kondisi kritis. Waktu flushing hanya 2-3 bulan, sehingga diharapkan flushing dapat dilakukan secara serius oleh peternak. Teknologi flushing cukup sederhana dan tidak sulit tergantung dari kemauan peternak. Namun demikian peternak tetap perlu memperhatikan syarat mutu pakan bagi ternak, agar ternak berproduksi secara optimal. Stardar Nasional Indonesia SNI 3148-2: 2017  mengatur tentang syarat mutu pakan konsentrat sapi potong induk adalah : Kadar air maks 14%, Protein Kasar minimal 12%, Lemak Kasar  maks 6%, Abu maks 12%, Kalsium 0,8-1,2%, Phospor 0,6-0,8%, NDF maks 35%,  TDN minimal 65%, dan  aflatoksin mks 200 ppb. 


Flushing Saat Sapi Bunting Tua.
Flushing pada sapi bunting tua dilakukan dengan memberikan pakan tamabahan atau pakan penguat sebanyak 1-2,5% dari bobot badan induk/ekor/hari. Pemberian pakan penguat  dilakukan minimal satu bulan sebelum melahirkan. Tujuan pemberian pakan ini adalah agar kebutuhan gizi pedet yang banyak pada akhir kebuntingan dapat terpenuhi, induk yang akan melahirkan dalam kondisi prima, berat lahir pedet meningkat, dan menjamin produksi susu induk cukup untuk memenuhi kebutuhan pedet yang dilahirkan, sehingga memiliki pertumbuhan yang baik.

Flushing Saat Induk Sapi Menyusui.
Flushing saat induk sapi menyusui ini juga dianjurkan, dengan cara memberikan pakan tambahan sebanyak 1-2,5% dari bobot badan induk selama periode menyusui sampai anak disapih (90 hari), atau sekurang-kurangnya selama 30 hari setelah melahirkan anaknya. Tujuan pemberian pakan flushing saat induk menyusui adalah agar produksi susu cukup sehingga anak/pedet mendapatkan air susu yang cukup, kondisi induk tetap prima dan siap untuk dikawinkan kembali saat masuk bulan ke tiga setelah melahirkan. Kematian pedet prasapi sering terjadi karena berat lahir  yang rendah, pedet lemah, dan produksi susu induk sangat kurang.

Flushing Saat Induk Sebelum Dikawinkan.
Flushing saat induk sebelum dikawinkan ditujukan untuk memperbaiki kondisi induk sapi, sehingga diharapkan kesuburan induk meningkat, dan menjaga siklus birahi berjalan normal. Cara flushing adalah dengan memberikan pakan penguat dan hijauan selama 30 hari (1 bulan) sebelum sapi dikawinkan.  Pakan penguat sebanyak 1-2,5% dari bobot badan induk/ekor/hari. 

Flushing dan Skor Kondisi Ternak Sapi 
Hasil pengkajian  pada induk sapi potong menjelang dikawinkan dengan perlakuan flushing, yaitu dengan memberi pakan hijauan dan jerami secara ad libitum dan pakan penguat sebanyak 1,5% bobot badan selama 60 hari.mampu memperbaiki body condition score (BCS) atau skor kondisi tubuh (SKT)  dari 2,14 menjadi 2,95  , dan service per conception (S/C)  menurun secara nyata dari 1,68 menjadi 1,45. Penelitian lain menyatakan  hal senada bahwa pemberian pakan metode flushing dapat meningkatkan skor kondisi ternak induk sapi. Kenaikan Skor Kondisi Tubuh (SKT) dan menurunnya angka S/C  akibat pemberian pakan dengan metode flushing menggambarkan adanya peningkatan status nutrisi ternak. Peningkatan nutrisi ternak diharapkan mampu meningkatkan kinerja reproduksi induk sapi, sehingga peningkatan produktivitas induk sapi dapat dicapai.

 

(AW- 11122024, dari berbagai sumber dan hasil penelitian)    

Prev Next

- BSIP Yogyakarta


Pencarian

Berita Terbaru

  • Thumb
    Kepala BPSDMP : Penyuluh Kawal dan Dampingi Koperasi Merah Putih
    10 Mei 2025 - By Diah Sulistyorini
  • Thumb
    Gertam Padi Serentak : Jangan Malu Bertani, Bertani Itu Mulia
    25 Apr 2025 - By Diah Sulistyorini
  • Thumb
    RAKOR LTT KULON PROGO, KEJAR TARGET REALISASI
    17 Apr 2025 - By Diah Sulistyorini
  • Thumb
    Sekjen Tanam Padi di Sewon
    15 Apr 2025 - By Diah Sulistyorini
  • Thumb
    Kulon Progo Ambil Bagian Dalam Panen Raya Bersama Presiden Prabowo
    08 Apr 2025 - By Diah Sulistyorini

tags

Badan Standardisasi Instrumen Pertanian

Kontak

(0274) 884 662
(0274) 4477 053
[email protected]

BALAI PENERAPAN STANDAR INSTRUMEN PERTANIAN YOGYAKARTA
Jl. Stadion Maguwoharjo No 22, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (Kode Pos 55584) www.yogyakarta.bsip.pertanian.go.id

BALAI BESAR PENERAPAN STANDAR INSTRUMEN PERTANIAN
Jl. Tentara Pelajar No 10, Ciwaringin, Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat (Kode Pos 55584) www.bbpsip.bsip.pertanian.go.id

BADAN STANDARDISASI INSTRUMEN PERTANIAN
Jl. Raya Ragunan No. 29 Kel. Jati Padang, Kec. Ps Minggu, Jakarta Selatan, DKI Jakarta Indonesia (Kode Pos 12540) www.bsip.pertanian.go.id

KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
Jl. Harsono RM. No. 3, Ragunan, Jakarta (Kode Pos 12550), indonesia www.pertanian.go.id

© 2022 - 2025 Badan Standardisasi Instrumen Pertanian Yogyakarta. All Right Reserved