LEGUMINOSA UNTUK PERBAIKAN PAKAN INDUK SAPI MENJELANG BERANAK
Pakan utama ternak ruminansia adalah hijauan, baik rumput, leguminosa, maupun limbah pertanian. Hijauan rumput dan limbah pertanian sudah umum diberikan pada ternak sapi. Namun belum semua peternak mau memberikan leguminosa atau tanaman kacang-kacangan pada ternaknya. Ada anggapan sementara peternak bahwa hijauan leguminosa yang sering disebut “ramban” hanya diperuntukkan bagi kambing atau domba. Peternak perlu mengetahui pentingnya leguminosa untuk produksi dan reproduksi ternak sapi.
Leguminosa atau tanaman kacang-kacangan merupakan tanaman pakan dengan kualitas tinggi, lebih tinggi dibandingkan dengan jenis rumput maupun limbah pertanian. Kandungan protein tanaman leguminosa lebih tinggi dari pada protein dalam rumput, selain itu leguminosa juga mengandung mineral Cu, Mg dan S cukup tinggi walaupun kandungan Mn dan Zn cenderung rendah. Kandungan protein kasar Leguminosa cukup tinggi ( lebih dari 20%), sehingga sering digolongkan sebagai pakan kelas I, sedangkan rumput merupakan tanaman pakan kelas II dengan kandungan protein kurang lebih 8%. Sedangkan limbah pertanian digolongkan sebagai pakan klas III dengan kandungan nutrisi dan palatabelitas relatif rendah.
Protein merupakan zat gizi penting dalam pakan sapi potong, karena protein merupakan komponen utama organ tubuh, enzyme, zat pengangkut hormone, dan sebagainya. Kebutuhan protein untuk ternak bunting biasanya lebih tinggi. Induk sapi yang memasuki masa pertengahan hingga akhir kebuntingan memerlukan peningkatan asupan protein kasar sebesar 20 persen dan peningkatan total asupan nutrisi yang dapat dicerna sebesar 16 persen untuk mengimbangi peningkatan pertumbuhan janin. Kebutuhan akan nutrisi tambahan ini semakin besar ketika seekor sapi beranak dan harus menghasilkan susu untuk anaknya. Perlu diingat juga bahwa sebagian besar pertumbuhan janin sapi terjadi selama tiga bulan terakhir kebuntingan, maka perlu strategi pemberian pakan bagi induk bunting.
SNI 3148-2:2017, mempersyaratan mutu pakan sapi yaitu kadar air maksimal 14%, kadar abu maksimal 12%, protein kasar minimal 13%, lemak kasar maksimal 7%, kalsium 0,6-1,2%, fosfor 0,4-0,8%, NDF maksimal 35%, UDP minimal 4,8%, total afiatoksin maksimal 200 microgram/kg, dan TDN minimal 68%. Pakan ternak yang tidak memenuhi persyaratan berpengaruh terhadap pertumbuhan sapi tiap harinya. Oleh karena itu pakan untuk induk bunting diusahakan memenuhi standar pakan agar pembibitan ternak sapi berhasil baik.
Pemberian pakan dengan memanfaatkan hijauan leguminosa perlu menjadi perhatian peternak, selain leguminosa mudah ditanam, banyak terdapat di sekitaran rumah, dan bila menanam sendiri tentunya peternak tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli bahan pakan yang berprotein, seperti tepung ikan, bungkil kelapa, dan sebaginya yang tentunya harganya tinggi. Beberapa jenis tanaman Leguminosa yang banyak ditanam di Indonesia seperti : turi, kaliandra, gamal, lamtoro, indigofera, dan lain-lain dapat digunakan sebagai pakan ternak sapi.
Kandungan protein dan produksi beberapa jenis leguminosa terdapat pada Table 1.
Tabel 1. Produksi dan Kandungan protein Beberapa Tanaman Leguminosa
Tanaman gamal (Gliricidia sepium) dan tanaman lamtoro (Leucaena leucochepala) banyak tumbuh dan berkembang di Yogyakarta dapat digunakan sebagai pakan tambahan untuk induk sapi. Gamal merupakan tanaman yang mudah tumbuh dengan cepat di daerah tropis, dapat ditanam dengan menggunakan stek atau biji. Pada umur 1 tahun tanaman dapat menghasilkan bahan kering 3-4 kg sekali panen. Kandungan nutrisi gamal sebagaimana pada Tabel 1, mengandung protein 20,68% dengan produksi mencapai 43 ton/ha. Daun gamal untuk sapi potong dapat diberikan sebagai pakan tunggal ataupun pakan campuran dengan rumput. Suplementasi 3 kg legume setiap hari pada induk sapi, menghasilkan bobot lahir pedet yang lebih tinggi dibandingkan bobot lahir pedet dari induk yang hanya diberikan rumput saja. Pemberian daun kering gamal juga sudah digunakan dalam kajian pakan sebagai campuran pakan komplit untuk domba betina dan memberi respon yang yang baik. Sedangkan lamtoro juga merupakan tanaman yang mampu tumbuh dengan cepat, tahan terhadap pemangkasan berulang, memiliki produktivitas dan nilai nutrisi yang tinggi. Kandungan protein pada daun lamtoro mencapai 27,8% dan produksinya bisa mencapai 60-70 ton/ha.
Leguminosa telah digunakan pada beberapa kajian pakan pada ternak sapi, terutama jenis leguminosa gamal dan lamtoro, seperti kajian yang dilakukan oleh Winarti et al. 2014, dengan menggunakan induk sapi PO bunting tua (8 bulan kebuntingan) . Perbaikan pakan dengan menambahkan daun gamal, daun lamtoro, dan konsentrat dengan pengelompokan : Induk bunting tua dengan pakan tambahan konsentrat 100%, konsentrat 67% + leguminosa 33%, dan konsentrat 50% + hijauan leguminosa 50%. Dari kajian tersebut, ternyata perbaikan pakan dengan penambahan leguminosa (gamal + lamtoro) hingga 50% tidak mengakibatkan perbedaan bobot lahir pedet yang dilahirkan. Bahkan semakin tinggi komposisi leguminosa dalam pakan perbaikan, semakin tinggi protein yang dikonsumsi oleh induk bunting, karena kandungan protein leguminosa lebih tinggi dibanding kandungan protein konsentrat. Rata-rata bobot lahir pedet dari induk yang diberi perbaikan pakan dengan penambahan konsentrat penuh (100%) adalah 30,2±0,44, dengan campuran konsentrat 67% dan leguminosa 33% sebesar 27,8 ± 3,83, dan dengan campuran konsentrat 50% dan leguminosa 50% mencapai 29,0 ± 6,22. Bobot lahir pedet ini lebih tinggi dibanding bobot lahir sapi PO di Loka Penelitian Sapi Potong Grati, yaitu betina 21,8 ±2,32 kg dan jantan 23,42±3,53 (Mariyono, 2009). Perbaikan pakan ini tidak mempengaruhi perbedaan post partum estrus ( birahi pertama setelah beranak). Perbaikan pakan dengan penambahan leguminosa selama bunting tua menghasilkan rata-rata jarak birahi pertama 107 hari, 96,8, dan 80,8 hari.
Hal penting yang dapat diambil dan diterapkan oleh peternak di lapangan, terutama peternak kecil bahwa penggunaan hijauan leguminosa (gamal dan lamtoro) untuk pakan tambahan sekaligus berfungsi sebagai perbaikan pakan bagi induk bunting tua sangat baik untuk dilakukan, selain mudah diperoleh (tidak perlu membeli), bahkan dapat menggantikan pemberian konsentrat hingga 50% dan tidak mempengaruhi bobot lahir pedet serta jarak birahi pertama setelah beranak. Semoga Leguminosa yang tumbuh dengan mudah dapat digunakan sebaik-baiknya oleh peternak sebagai pakan tambahan/suplemen bagi ternak sapi, khususnya induk sapi menjelang beranak agar asupan protein terpenuhi dan induk melahirkan pedet sehat dan segera dikawinkan lagi. (AW-052024)
Sumber : Disarikan dari makalah dengan judul Perbaikan pakan induk sapi menjelang beranak dengan hijauan leguminosa : respon terhadap bobot lahir pedet dan estrus postpartum oleh Erna Winarti, Supriadi, dan Ari Widyastuti .2014. BPTP Yogyakarta, dan berbagai sumber lain.