LAMTORO TARRAMBA SUMBER PROTEIN MURAH BAGI TERNAK RUMINANSIA
Pohon ajaib atau “the miracle tree” demikian orang menyebut tanaman lamtoro. Karena tanaman lamtoro ini banyak manfaatnya bagi kehidupan. Orang memanfaatkan sebagai tanaman pencegah erosi, meningkatkan kesuburan lahan, pohon peneduh perkebunan kopi dan kakao, sumber kayu bakar, penahan angin, tanaman jalur hijau, pohon tempat merambat tanaman vanili, lada, markisa, dan biasa sebagai tanaman pagar karena tanaman lamtoro berbentuk pohon. Lamtoro juga merupakan tanaman penghasil pulp untuk produksi kertas, kulit batangnya menghasilkan zat samak dan zat pewarna merah, coklat, dan hitam. Daun dan polong serta tangkai mudanya merupakan sumber pakan potensial bagi ruminansia.
Banyak jenis lamtoro yang telah dibudidayakan dan dimanfaatkan. Di Indonesia terdapat beberapa jenis, antara lain : Lamtoro gung (Leucana leucocephala), Lamtoro mini (Desmanthus virgatus), Lamtoro cv Cunningham, Lamtoro diversifolia, dan yang tarakhir Lamtoro cv tarramba. Jenis lamtoro terakhir inilah yang akan lebih banyak dibahas.
Lamtoro cv tarramba merupakan hasil persilangan Leucaena leucocephala dengan leucaena pallida, merupakan hibrid leucaena yang dikenal dengan KX2. Banyak kelebihan dari hybrid ini antara lain : tahan terhadap hama kutu loncat (Heteropsylla cubana), produksi daun lebih tinggi dari leucaena leucocephala. Lamtoro tarramba pertama kali dibawa ke Indonesia pada tahun 2011 oleh proyek ACIAR (Australia Centre for International Agricultural Research) dalam bentuk biji dan dikembangkan di propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Saat ini lamtoro cv tarramba telah menyebar di beberapa wilayah di Indonesia, termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ada beberapa kelompok tani sudah mulai menanam tanaman lamtoro jenis ini, antara lain di Kelompok Sri Makmur, Desa Umbulrejo, Kecamatan Ponjong, dan Kelompok Margomulyo, Desa Candirejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul. Peternak menanam lamtoro menggunakan bibit dalam polybag. Dari pengamatan tanaman lamtoro tumbuh dengan baik di kabupaten Gunungkidul. Pada saat berumur 9 bulan, tanaman lamtoro tarramba di kelompok Srimakmur sudah mencapai tinggi berkisar antara 2,7 – 3,5 meter, lingkar batang berkisar 12,9 – 13,2 cm, sedang berat hijauan basah saat dipotong setiap pohonnya rata-rata mencapai 6,2 – 6,6 Kg. Tanaman Lamtoro tarramba ini diiharapkan dapat menjadi sumber pakan hijauan berkualitas bagi ternak, terutama saat kemarau.
Keunggulan jenis tanaman lamtoro cv tarramba : mempunyai daya tahan terhadap kemarau panjang, daya toleransi yang tinggi terhadap serangan hama kutu loncat, dan daya tahan yang tinggi terhadap pemangkasan berulang, serta kemampuan memproduksi hijauan berkualitas dalam jangka waktu yang panjang (>50 tahun) setelah pemangkasan pertama. Tanaman lamtoro mengandung protein yang cukup tinggi 23,7% - 34%, dan mempunyai palatabelitas tinggi, mengandung sejumlah tannin yang dapat mencegah kembung pada pada ruminansia, melindungi dari degradasi protein yang berlebihan oleh mikroba rumen dalam metabolisme protein.
Lamtoro tarramba dapat ditanam dengan menggunakan biji, menggunakan bibit yang telah disemai dalam polybag, atau dengan menggunakan setek batang. Sistem pola penanaman dapat dalam bentuk monokultur khusus kebun pakan, dalam bentuk pertanaman lorong, atau tanaman konservasi tanah dan air pada lahan berkelerengan maupun dalam larikan-larikan lebar dengan baris ganda untuk digembalakan ternak secara langsung. Satu hektar lahan dapat ditanam 1000 hingga 5000 pohon tergantung cara pemanfaatan lahan petani. Tanaman lamtoro dapat dipanen setelah berumur 14 bulan, dan dapat menghasilkan hijauan pakan sebanyak 11 ton/ha/tahun.
Sebutan Lamtoro tarramba sebagai pakan hijauan di musim kemarau berkualitas adalah sangat mungkin, karena tanaman lamtoro tarramba memiliki akar yang dalam yang mampu menjangkau air tanah yang dalam selama kemarau dan menghasilkan hijauan berkualitas ketika hampir semua rumput telah mengering. Bahkan tanaman ini menghasilkan hijauan sepanjang tahun jika dipangkas secara teratur.
Pemanfaatan lamtoro sebagai pakan ternak, yaitu dengan memanfaatkan daunnya. Daun lamtoro merupakan merupakan sumber pakan bermutu tinggi bagi sapi dan ruminansia lain. Tidak hanya daun saja, tetapi buah polong dan juga ranting muda disukai oleh ternak.
- Beberapa daerah telah memanfaatkan tanaman lamtoro tarramba sebagai pakan ternak ruminansia. Hasil kajian di NTT mengungkapkan keuntungan yang dapat diperoleh dari tanaman lamtoro tarramba sebagai pakan ternak ada beberapa hal sebagai berikut :
Menghasilkan hijauan berkualitas sepanjang tahun sehingga mengurangi waktu petani untuk mencari pakan di padang atau di hutan. - Petani bisa beternak secara intensif sehingga kotoran tersedia dalam jumlah yang cukup banyak di dekat pemukiman yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi terbarukan “biogas” untuk memasak dan penerangan di beberapa desa.
- Memberikan tambahan pendapatan tunai dari penjualan pakan daun lamtoro selama musim kemarau, dan dari menjual benih lamtoro.
- Meningkatkan daya guna lahan yang kurang produktif untuk tanaman pangan.
- Daun lamtoro segar dapat diperoleh sepanjang tahun dengan pemangkasan teratur
Pemanfatan tanaman lamtoro tarramba sebagai pakan dapat diberikan dalam bentuk segar, dalam bentuk hay, maupun dalam bentuk silase. Adapun untuk pemberiannya dapat diberikan sebagai pakan tunggal 100%, atau dengan kombinasi antara rumput, lamtoro, dll. Hasil kajian pemberian tarramba dalam bentuk segar pada ternak sapi Bali jantan secara tak terbatas dapat memberikan pertambahan bobot badan harian rata-rata sebesar 0,5 kg/ekor/hari. Jika diberikan tambahan pakan sumber energy atau karbohidrat mudah terpakai seperti dedak, jagung giling, atau ubikayu sebanyak 0,5-1% dari bobot badan dapat diperoleh pertambahan bobot badan rata-rata sebesar 0,8 kg/ekor/hari. Sedangkan pada ternak Sumba Ongole pemberian pakan lamtoro sebanyak 30-40% dari ransumnya mampu memberikan kenaikan berat badan selama musim kemarau sementara ternak yang hanya digembala dengan mendapatkan pakan berupa rumput terus mengalami kehilangan berat badannya ( Nulik dan Kana, 2015).
Pemberian pakan dalam bentuk silase lamtoro tarramba dapat memberikan respon pertumbuhan pada sapi Bali jantan sebesar 0,3-0,4 Kg/ekor/hari. Cara pembuatan silase lamtoro dilakukan dengan sangat sederhana, yaitu daun lamtoro dilayukan semalam hingga kadar Bahan Kering menjadi 25-30% dimasukkan dan dipadatkan dalam wadah kedap udara tanpa diberi tambahan bahan pengawet sudah dapat dimanfaatkan selama kemarau hingga musim hujan berikutnya tanpa penurunan kualitas yang berarti (Fernander, dkk, 2006).
Sesuai hasil penelitian Dilaga et al 2015a, induk sapi sumbawa bunting yang digembalakan pada lahan penggembalaan dengan vegetasi rumput dan lamtoro menghasilkan pedet dengan bobot lahir yang lebih berat dibandingkan dengan induk bunting yang digembalakan pada lahan yang hanya ditanami rumput untuk jenis kelamin pedet baik jantan maupun betina. Hal ini terjadi karena asupan pakan yang diperoleh induk selama masa akhir kebuntingannya. Zat nutrisi yang dibutuhkan oleh induk bunting dapat dipenuhi oleh lamtoro, dengan kandungan TDN 52% dan PK 23,7% (Hartadi et al, 2005) Sedangkan induk yang digembala pada lahan dengan vegetasi rumput hanya memperoleh pakan rumput yang mengandung TDN 56,2% dan PK 8,2% (Sutardi,1981).
Dilaporkan juga bahwa pemberian pakan lamtoro tarramba memberikan nilai ekonomis yang menggembirakan, pengalaman dari teman-teman di beberapa daerah wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu daerah yang lebih dulu menanam lamtoro tarramba, petani yang menanam lamtoro tarramba dapat memperoleh tambahan pendapatan tunai dengan menjual benih lamtoro dan menjual biomas tarramba sebagai pakan selama musim kemarau ketika tanaman lain tidak mampu memberikan hasil. Petermak NTT yang menanam lamtoro sebanyak 1000 tanaman ,setiap kali memanen 120-150 pohon (cara panen bergilir) mampu menghasilkan uang tunai bersih 350.000 , dipanen sebanyak 6 kali selama musim kemarau. Dan pada pemeliharaan ternak keuntungan yang diperoleh bisa 2 kali lebih besar dibandingkan petani yang tidak memberikan hijauan lamtoro dan hanya mengandalkan pakan olahan (konsentrat dan pakan lengkap).
Teknologi budidaya dan pemanfaatan lamtoro tarramba ini sangat sederhana, mudah dilaksanakan dan tidak banyak mengeluarkan biaya, oleh karena itu sangat penting dan baik bila petani dapat merespon tanaman lamtoro tarramba ini untuk meningkatkan produksi ternak sebagai upaya menyiapkan hijauan berkualitas yang dapat tersedia di sepanjang tahun dengan cara menanam Lamtoro jenis tarramba di lahan-lahan kosong, sehingga tidak ada lagi sejengkal tanahpun yang tidak dimanfaatkan. Semoga (AW-042024)
Sumber : Disarikan dari buku, dan sumber bacaan lain.
(Foto: Dokumen Widyastuti A, 2021)
Polong Lamtorotarramba (Widyastuti, A, 2020) | Bunga Lamtoro tarramba (Widyastuti, A, 2020) |