Kunjungan Kepala BPSI Serealia ke IP2SIP Banyakan
Kunjungan Kepala BPSI Serealia ke IP2SIP Banyakan Kegiatan Produksi Benih Jagung BSIP Yogyakarta
Hari Kamis, 16 Mei 2024 dilaksanakan panen benih jagung pulut komposit URI 1 di IP2SIP Banyakan, Sitimulyo, Bantul. Hadir dalam kesempatan tersebut Kepala BPSI Serealia Maros Dr. Amin Nur, S.P., M.Si, Kepala BSIP Yogyakarta Dr. Soeharsono, S.Pt, M.Si dan Penanggungjawab Kegiatan Produksi Benih Jagung Eko Sri Hartanto, SP, M.Sc. Panen dilaksanakan di lahan seluas 1 hektar dengan target produksi benih jagung unggul bermutu sebanyak 2 ton.
Jagung ketan atau jagung pulut memiliki multi-fungsi. Krisis pangan pada masa Perang Dunia II terbantu oleh jagung ketan yang saat itu menjadi tanaman substitusi bersama ubi kayu. Jagung ketan berbeda dengan jenis jagung lainnya dalam hal proporsi patinya. Biji jagung ketan lebih dominan mengandung amilopektin, sejenis polisakarida pembentuk pati yang memberi sifat viskositas tinggi, mudah dicerna, mempunyai transmisi cahaya yang baik, dan retrogrades rendah.
Jagung ketan ditemukan di Tiongkok pada awal tahun 1900 dengan karakter endosperm seperti lilin (waxy). Di Korea, sekitar lima tahun terakhir, preferensi konsumen terhadap jagung ketan cenderung meningkat. Daya cerna pati jagung ketan lebih rendah dibanding jagung non-ketan. Oleh karena itu, jagung ketan cocok bagi penderita diabetes yang memerlukan pangan karbohidrat yang tidak tercerna sempurna menjadi glukosa.
Jagung Pulut URI 1 telah dirilis sejak tahun 2013. Varietas jagung ketan tersebut lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan industri marning. Selain untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan dalam berbagai bentuk pangan olahan, jagung ketan juga berpeluang diekspor dalam bentuk jagung panen muda (60-70 hst), seperti halnya jagung manis (sweet corn).
Pada sesi diskusi, Kepala BPSI Serealia Maros menyatakan apresiasi dan siap mendukung penuh kegiatan produksi benih jagung di wilayah D.I. Yogyakarta. Upaya penyediaan benih jagung berlabel dan bermutu (BUB) yang memenuhi unsur 6 tepat (jumlah, jenis, mutu, harga, lokasi, waktu) perlu terus dilakukan dalam rangka mendukung program peningkatan produksi dan produktivitas jagung nasional. Selain varietas jagung pulut URI 1, terdapat beberapa varietas lain yang direkomendasikan untuk didiseminasikan di wilayah Yogyakarta yaitu varietas Jakarin (komposit) dan Nasa 29, JHARING dan JH 37 (hibrida).
Jagung varietas Jakarin yang dilepas tahun 2019 oleh Kementerian Pertanian RI cocok dibudidayakan pada lahan marjinal atau tingkat kesuburannya rendah dengan ketersediaan air rendah. Potensi hasil yang tinggi mencapai 9,8 ton/ha dan memiliki umur tanam 100 hst, Jagung varietas Jakarin memiliki beberapa keunggulan lain, seperti: (1) toleran pada kondisi cekaman kekeringan pada fase menjelang berbunga sampai panen; (2) toleran terhadap pemupukan N dengan takaran rendah; (3) agak tahan terhadap bulai (Peronosclerospora philippinnensis) dan bulai jenis pathogen Peronosclerospor amaydis; dan (4) agak tahan hawar daun (Helminthosporiumturcicum) dan karat daun (Puccinia polysora).
Varietas jagung NASA 29 (Nakula Sadewa 29) merupakan varietas jagung unggul Kementerian Pertanian. Varietas ini sudah banyak diminati petani karena produktivitasnya tinggi, warna biji menarik yaitu oranye dan mengkilap, tongkolnya panjang dengan susunan biji yang rapat, rendemennya tinggi, mudah dipanen dan dirontokkan karena kelobotnya tipis dan janggel yang keras yang menyebabkan biji mudah terlepas dari tongkol sehingga sangat cocok diprosesing dengan mesin, meskipun pada kondisi kering panen. Pada lingkungan yang sesuai, terutama pada dataran menengah dan tinggi, potensi tongkol kembarnya juga semakin tinggi dengan tingkat produktivitas bisa mencapai diatas 10 ton/ha.
Varietas jagung JH 37 telah dirilis Kementan RI pada tahun 2017. Potensi hasil jagung JH 37 mencapai 12,5 ton/ha dengan rata-rata produksi mencapai lebih dari 10 ton/ha. Jagung varietas JH 37 termasuk jagung yang berumur sedang, karena umurnya 99 hari setelah tanam sudah bisa dipanen. Keunggulan lainnya adalah tidak perlu banyak menggunakan pupuk, tahan terhadap karat daun dan hawar daun, serta toleran terhadap kekeringan.
Varietas jagung hibrida Jharing 1 toleran terhadap cekaman kekeringan dan beradaptasi luas pada dataran rendah sampai tinggi telah dirilis dengan SK Mentan No.483/HK.540/C/10/2019. Varietas ini dapat dipanen pada umur masak ± 105 hst. Potensi hasil mencapai 13,78 t/ha pipil kering, rata-rata hasil ± 11,03 t/ha pipil kering pada kadar air 15%. Ketahanan terhadap penyakit mencakup tahan terhadap penyakit bulai jenis patogen Peronosclerospora philippinensis, dan agak tahan penyakit bulai jenis patogen Peronosclerospora maydis, serta agak tahan terhadap penyakit penyakit hawar daun (Helmintosporium maydis) dan karat daun (Puccinia polysora).
Lebih lanjut Kepala BPSI Serealia Maros menyampaikan benih merupakan komponen utama yang secara nyata berkontribusi dominan dalam meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman. Dalam pemilihan varietas harus menggunakan benih yang bersertifikat dengan memperhatikan potensi hasilnya, kesesuaian dengan kondisi lingkungan, umur tanaman, ketahanan hama atau penyakit, daun tetap hijau pada saat masak fisiologis, warna biji dan disenangi baik petani maupun pedagang. Peluang pasar benih jagung cukup tinggi, khususnya di wilayah Sulawesi sebagai sentra produksi jagung. Kepala BSIP Yogyakarta menyambut baik peluang uji coba dan kerjasama penyebarluasan benih jagung unggul untuk produksi pangan dan pakan. Harapannya, penggunaan benih unggul bersertifikat secara luas dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan pendapatan petani.