Kegiatan Pemanenan Tanaman Kangkung di Taman Agro Standar BSIP Yogyakarta
Pada hari Rabu, 7 Agustus 2024, tim Taman Agro Standar (TAS) BSIP Yogyakarta yang dipimpin oleh penanggungjawab kegiatan Dr. Fibriyanti, S.P., M.Si melaksanakan kegiatan pemanenan tanaman kangkung (Ipomea aquatic Forsk) di Zona 2 yang merupakan zona penerapan model otomatisasi irigasi sistem kabut dengan komoditas tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman obat. Kegiatan ini merupakan bagian dari percontohan dan display budidaya tanaman terstandar untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian di lahan terbatas di wilayah D.I. Yogyakarta.
Kangkung dipilih sebagai salah satu komoditas sayuran unggulan karena memiliki banyak kelebihan yang signifikan bagi kesehatan dan ketahanan pangan. Salah satu kelebihan utamanya adalah umur panen yang pendek. Tanaman kangkung dapat dipanen hanya dalam waktu 25-30 hari setelah penanaman, menjadikannya salah satu sayuran dengan siklus produksi tercepat. Dari segi kandungan gizi, kangkung merupakan sumber nutrisi yang luar biasa. Dalam 100 gram kangkung segar terkandung sekitar 2,5 gram protein, 3,4 gram karbohidrat, dan hanya 28 kalori, menjadikannya pilihan ideal untuk diet rendah kalori. Kangkung kaya akan vitamin A (sekitar 6600 IU), yang penting untuk kesehatan mata dan sistem kekebalan tubuh. Sayuran ini juga mengandung vitamin C (32 mg), vitamin B1, vitamin B2, niacin, dan mineral penting seperti kalsium (81 mg), fosfor (47 mg), zat besi (2,3 mg), dan kalium. Kandungan serat dalam kangkung (2 gram per 100 gram) juga bermanfaat untuk kesehatan pencernaan.
Budidaya kangkung di Taman Agro Standar diawali dengan persiapan dan pengolahan lahan. Tim TAS membuat dua guludan berbentuk persegi panjang secara manual, masing-masing dengan ukuran 1,5 m x 5,5 m, luas area tanam mencapai 16,5 m².
Pembuatan guludan secara manual ini memungkinkan kontrol yang lebih baik terhadap struktur tanah dan drainase, yang sangat penting untuk pertumbuhan optimal kangkung.
Kesuburan tanah menjadi fokus utama dalam budidaya ini. Sebagai pupuk dasar, tim TAS menggunakan pupuk organik ayam yang difermentasi sehingga kaya akan nutrisi organik. Penggunaan pupuk organik ini tidak hanya menyuburkan tanah tetapi juga meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang bermanfaat. Selama masa pertumbuhan, tanaman kangkung diberi pupuk susulan berupa MKP (Mono Kalium Fosfat), pupuk yang memiliki kandungan fosfat tinggi hingga 52%. Pemilihan MKP ini bertujuan untuk memperkuat sistem perakaran dan meningkatkan kualitas hasil panen.
Inovasi dalam sistem pengairan menjadi salah satu kunci keberhasilan budidaya kangkung di Taman Agro Standar. Tim TAS menerapkan penggunaan sistem irigasi sprinkler untuk penyiraman, yang dioperasikan satu kali sehari pada saat pagi hari. Pemilihan metode ini didasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertama, irigasi sprinkler memungkinkan distribusi air yang merata ke seluruh tanaman, meniru hujan alami yang sangat cocok untuk tanaman kangkung yang memiliki daun lebar. Kedua, metode ini membantu menjaga kelembaban udara di sekitar tanaman, menciptakan microklimat yang ideal untuk pertumbuhan kangkung. Ketiga, irigasi sprinkler juga efektif dalam mengurangi suhu permukaan tanah pada siang hari, dan melindungi akar tanaman dari stres akibat panas berlebih.
Manajemen pemeliharaan tanaman dilakukan dengan teliti untuk memastikan pertumbuhan optimal. Selain pemupukan dan pengairan yang teratur, pengendalian hama dan penyakit (PHT) menjadi fokus utama. Metode pengendalian gulma yakni secara manual dengan mencabut tanaman pengganggu secara hati-hati. Metode ini dipilih untuk meminimalkan penggunaan herbisida kimia, sejalan dengan prinsip pertanian ramah lingkungan. Pencabutan gulma dilakukan secara rutin, biasanya setiap 7-10 hari sekali, untuk mencegah kompetisi nutrisi dan air antara gulma dan tanaman kangkung.
Hasil dari perawatan intensif dan penerapan teknologi tepat guna ini terlihat jelas pada hari pemanenan. Dalam waktu tanam yang singkat, yaitu 25-30 hari setelah penanaman, tim bTAS erhasil memanen kangkung sebanyak 15 kg dari total area tanam 16,5 m². Angka ini menunjukkan tingkat produktivitas yang tinggi, mencapai sekitar 0,91 kg/m², yang jauh di atas rata-rata produksi kangkung konvensional.
Dalam kegiatan pemanenan ini, tim Taman Agro Standar menerapkan teknik pemanenan yang tepat untuk menjaga kualitas hasil panen dan keberlanjutan produksi. Pemanenan dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB, ketika suhu udara masih sejuk untuk meminimalkan stres pada tanaman dan menjaga kesegaran hasil panen. Tim menggunakan gunting yang telah disterilkan untuk memotong batang kangkung sekitar 5-10 cm di atas permukaan tanah. Metode ini memungkinkan tanaman untuk tumbuh kembali dan mengoptimalkan hasil panen dalam jangka panjang.
Setelah proses pemanenan selesai, kangkung yang telah dipanen dikumpulkan dan ditimbang. Tim kemudian memisahkan dan mengikat kangkung menjadi ikatan-ikatan kecil dengan berat masing-masing setengah kilogram. Setiap ikatan kangkung segar ini dihargai Rp 5.000, menjadikannya pilihan sayuran yang tidak hanya bergizi tinggi tetapi juga terjangkau bagi masyarakat.
Melalui kegiatan ini, Taman Agro Standar BSIP Yogyakarta terus berupaya menjadi pusat penerapan standarisasi instrument pertanian dengan konsep pertanian berkelanjutan. Keberhasilan budidaya kangkung di Taman Agro Standar BSIP Yogyakarta ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan model yang dapat diadaptasi oleh komunitas pertanian perkotaan di seluruh Indonesia. Dengan memadukan pengetahuan tradisional, teknologi tepat guna, dan komitmen terhadap keberlanjutan, kita dapat menciptakan sistem pertanian yang tidak hanya produktif, tetapi juga ramah lingkungan untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Kontributor berita:
Fasya Malasandra
Prodi Teknik Pertanian, FTIP-UNPAD Bandung
Mahasiswa PKL di BSIP Yogyakarta